Teror bom di Indonesia kembali terjadi dan menelan korban jiwa. Penjinakan bom di Indonesia selama ini hanya mengandalkan keahlian manusia. Namun, namun dalam beberapa kasus ancaman bom dapat dipatahkan dengan detektor bom dan alat penjinak bom. Belakangan pasukan penjinak bom atau Gegana polri mengembangkan robot untuk menekan resiko fatal yang dilakukan sejak lama. Akan tetapi, robot-robot tersebut masih produk asing, antara lain berasal dari inggris.
Estiko Rijanto seorang Peneliti mekatronika dan sistim control dari LIPI, berrhasil mendesain dan merancang bangun mobil robot penjinak bom yang disebut morolipi pada tahun 2006 dan desain awal prototipenya dibuat tahun 2004. Estiko merancang Morolipi Versi I untuk membantu pasukan Gegana polri atau pasukan penjinak bom, dengan lebar 1 meter , tinggi 90 cm, bobot 100 kg, dan lengan sepanjang 70 cm (beruas dua dan dapat berputar 360 derajat, pada ujung lengan terdapat alat menjepit dan memotong, dan dapat memeluk).
Kelebihan morolipi Versi I ini adalah dapat berjalan di daerah datar dengan kecepatan 1 meter per detik tanpa energi, karena menggunakan kopling elektrik. Dilengkapi dengan artikulator, kamera dan sensor infra merah yang dapat mengirimkan gambar hasil pengindraan secara telemetri sehingga gambar dapat ditampilkan komputer dengan pengoperasian operator. Dengan demikian morolipi dapat dikendalikan dari jarak maksimal 6 km dengan menggunakan tongkat pengendali (joystick). Pada saat ujicoba morolipi terbukti dapat bekerja efektik dalam mendeteksi bom.